1. Pantai Pangandaran
Objek
wisata yang merupakan primadona pantai di Jawa Barat ini terletak di Desa
Pananjung Kecamatan Pangandaran dengan jarak ± 92 km arah selatan kota Ciamis,
memiliki berbagai keistimewaan seperti:
• Dapat melihat terbit dan tenggelamnya matahari dari satu tempat yang sama
• Pantainya landai dengan air yang jernih serta jarak antara pasang dan surut
relatif lama sehingga memungkinkan kita untuk berenang dengan aman
• Terdapat pantai dengan hamparan pasir putih • Tersedia tim penyelamat wisata pantai
• Jalan lingkungan yang beraspal mulus dengan penerangan jalan yang memadai
• Terdapat taman laut dengan ikan-ikan dan kehidupan laut yang mempesona.
·
Terdapat
Cagar alam yang terletak di desa Pananjung
2. Green Canyon
Green Canyon (Cukang Taneuh) terletak di Desa
Kertayasa, Kecamatan Cijulang, Ciamis, Jawa Barat. Dari Kota Ciamis sendiri
berjarak sekitar 130 km atau jika dari Pangandaran berjarak sekitar 31 km.Objek wisata mengagumkan ini sebenarnya merupakan
aliran dari sungai Cijulang yang melintas menembus gua yang penuh dengan
keindahan pesona stalaktif dan stalakmitnya. Selain itu daerah ini juga diapit
oleh dua bukit, juga dengan banyaknya bebatuan dan rerimbunan pepohonan.
Semuanya itu membentuk seperti suatu lukisan alam yang begitu unik dan begitu
menantang untuk dijelajahi.Untuk mencapai lokasi ini wisatawan harus berangkat
dari dermaga Ciseureuh. Kemudian melanjutkan perjalanan dengan menggunakan
perahu tempel atau kayuh yang banyak tersedia di sana. Jarak antara dermaga
dengan lokasi Green Canyon sekitar 3km, yang bisa ditempuh dalam waktu 30-45
menit. Sepanjang perjalanan kita akan melewati sungai dengan air berwarna hijau
tosca. Mungkin dari sinilah nama Green Canyon berasal.
3. Pantai Karang Nini
Objek
wisata ini terletak di Desa Emplak, Kecamatan Kalipucang ± 83 km dari kota
Ciamis ke arah Selatan. Sepanjang jalan dari pintu gerbang ke lokasi, akan Anda
nikmati kesejukan hutan jati dengan irama alam liarnya. Bukan itu saja, pada
beberapa bagian jalan ini akan dihidangkan panorama pantai di kejauhan dengan
latar belakang Sagara Anakan. Sungguh sebuah pemandangan yang tak terlupakan
apabila Anda datang pada saat cuaca cerah. Sebelum mencapai pantai Anda pun
akan menjumpai Pondok Wisata yang dikelola oleh Perhutani Kabupaten Ciamis.
Anda beberapa tipe yang dapat Anda pilih. Dengan tarif/malam yang bersaing Anda dapat bersantai bersama keluaga menikmati suasana alam yang tenang dengan panorama pantai yang menakjubkan.
Anda beberapa tipe yang dapat Anda pilih. Dengan tarif/malam yang bersaing Anda dapat bersantai bersama keluaga menikmati suasana alam yang tenang dengan panorama pantai yang menakjubkan.
4. Pantai Batu Hiu
sebuah
pantai dengan tebing cukup terjal yang memiliki pemandangan lepas kearah
samudra hindia. Batu hiu berjarak sekitar 14 km dari pangandaran sebagai objek
wisata pilihan ketika anda datang ke Pangandaran. Terletak di Desa Ciliang
Kecamatan Parigi, kurang lebih 14 km dari Pangandaran ke arah Selatan. Memiliki
panorama alam yang sangat indah. Dari atas bukit kecil yang ditumbuhi
pohon-pohon Pandan Wong, kita menyaksikan birunya Samudra Indonesia dengan
deburan ombaknya yang menggulung putih.
Pantai Batu Hiu ini terletak di Desa Ciliang, Kecamatan Parigi. Pantai ini dinamakan Batu Hiu karena ada batu yang terlihat di laut ini dan menyerupai sirip ikan hiu. Untuk menikmati indahnya pantai, kita bisa naik ke atas bukit kecil di pantai ini. Dari atas bukit itulah kita bisa melihat batu yang menyerupai sirip ikan hiu, merasakan sejuknya angin laut dan juga menikmati indahnya Samudra Indonesia.
Pantai Batu Hiu ini terletak di Desa Ciliang, Kecamatan Parigi. Pantai ini dinamakan Batu Hiu karena ada batu yang terlihat di laut ini dan menyerupai sirip ikan hiu. Untuk menikmati indahnya pantai, kita bisa naik ke atas bukit kecil di pantai ini. Dari atas bukit itulah kita bisa melihat batu yang menyerupai sirip ikan hiu, merasakan sejuknya angin laut dan juga menikmati indahnya Samudra Indonesia.
5. Situ Lengkong Panjalu
Situ
Lengkong Panjalu merupakan perpaduan antara objek wisata alat dan objek wisata
budaya. Terletak di Desa / Kecamatan Panjalu dengan jarak kurang lebih 41 km
dari kota Ciamis ke arat utara. Di objek wisata ini kita bisa menyaksikan
indahnya danau (situ) yang berhawa sejuk dengan sebuah pulau terdapat di
tengahnya yang disebut Nusa Larang. Di nusa ini
terdapat Makam Hariang Kencana , putra dari Hariang
Borosngora, Raja Panjalu yang membuat Situ Lengkong pada masa beliau menjadi
raja kerajaan Panjalu.
6. Curug Tujuh Cibolang
Curug
Tujuh Cibolang terletak di Desa Sandingtaman Kecamatan Panjalu, lebih kurang 35
km arah utara kota Ciamis. Objek wisata ini mempunyai 7 (tujuh) buah air terjun
(curug) yang terdapat pada sebuah bukit di kaki Gunung Sawal. Kita
dapat menikmati keindahan dan keasrian ketujuh air terjun tersebut dengan cara
mengitari bukit, menapaki jalan setapak mulai dari kaki bukit sampai ke puncak
bukit dan kembali lagi. Untuk menuju objek wisata ini dapat menggunakan
kendaraan roda dua dan roda empat atau mountaint bike bagi yang
mempunyai hobi olahraga sepeda. Bagi Anda yang memerlukan kendaraan umum, Anda
dapat naik dari Terminal Ciamis jurusan Kawali Panjalu, atau langsung dari
Bandung jurusan Ciamis via Panjalu.
7. Mega Wisata Icakan
Icakan, merupakan tempat rekreasi terbaru yang
terdapat didaerah Ciamis Jawa barat. Tepatnya, dikawasan Baregbeg cikacang Ciamis.
Nama icakan sendiri diambil dari nama daerah tersebut, yaitu Cikacang yang
artinya air kacang. Mengandung pengertian bahwa daerah tersebut tadinya
merupakan penghasil kacang-kacangan di wilayah Ciamis.
Bukan tidak mungkin jika pada akhirnya icakan ini menjadi salah satu
primadona wisata priangan timur. Pasalnya, kehadirannya ini membuat dahaga
wisata untuk para penikmat hiburan dunia air dan yang suka dengan pemandangan
alam. Bakalan langsung terpikat begitu melihat keindahan pemandangan yang
tersaji di tempat ini.
8.
Situ Lengkong Panjalu
Situ
Lengkong Panjalu adalah sebuah danau seluas 57,95 hektar dengan pulau di
tengahnya seluas 9,25 hektar, bernama Nusa Gede. Di Pulau Nusa Gede terdapat
hutan lindung beserta peninggalan purbakala. Konon, Nusa Gede awalnya adalah
pusat pemerintahan Kerajaan Panjalu, selain juga berfungsi sebagai benteng
pertahanan. Di sini juga terdapat makam penyebar agama Islam yang bernama Mbah
Panjalu. Didalam hutan terdapat 307 pohon yang terdiri dari 30 jenis.
Menurut
cerita sejarah Panjalu, Situ Lengkong merupakan hasil buatan para leluhur
Panjalu, yang hidup di jaman Kerajaan Hindu Panjalu. Konon pada awal abad ke-7,
seorang raja Panjalu menginginkan putra mahkotanya memiliki ilmu yang paling
ampuh dan paling sempurna. Maka berangkatlah sang putra mahkota yang bernama
Borosngora menuju ke suatu tempat dan berakhir di tanah suci Mekah. Di sanalah
tujuannya tercapai, yaitu mempelajari dan memperdalam Agama Islam dan membaca
dua kalimah Syahadat.
Setelah
tinggal cukup lama maka pulanglah sang putra mahkota ke Panjalu dengan dibekali
air Zamzam, pakaian kesultanan, serta perlengkapan pedang dan cis. Di Panjalu,
tugas utamanya adalah menjadi raja Islam dan sekaligus mengislamkan rakyatnya.
Beliau kemudian menjadi Raja Panjalu menggantikan ayahnya dengan Gelar Sang
Hyang Borosngora. Mulai saat itulah kerajan Panjalu berubah dari kerajaan Hindu
menjadi kerajaan Islam. Konon, air zamzam dari Mekah ditumpahkan ke lembah
bernama Lembah Pasir Jambu. Kemudian Lembah itu bertambah banyak airnya dan
terjadilah danau yang kini disebut Situ Lengkong.
Situ Lengkong Panjalu adalah sebuah danau seluas 57,95 hektar dengan pulau di tengahnya seluas 9,25 hektar, bernama Nusa Gede. Di Pulau Nusa Gede terdapat hutan lindung beserta peninggalan purbakala. Konon, Nusa Gede awalnya adalah pusat pemerintahan Kerajaan Panjalu, selain juga berfungsi sebagai benteng pertahanan. Di sini juga terdapat makam penyebar agama Islam yang bernama Mbah Panjalu. Didalam hutan terdapat 307 pohon yang terdiri dari 30 jenis.
Menurut cerita sejarah Panjalu, Situ Lengkong merupakan hasil buatan para leluhur Panjalu, yang hidup di jaman Kerajaan Hindu Panjalu. Konon pada awal abad ke-7, seorang raja Panjalu menginginkan putra mahkotanya memiliki ilmu yang paling ampuh dan paling sempurna. Maka berangkatlah sang putra mahkota yang bernama Borosngora menuju ke suatu tempat dan berakhir di tanah suci Mekah. Di sanalah tujuannya tercapai, yaitu mempelajari dan memperdalam Agama Islam dan membaca dua kalimah Syahadat.
Setelah tinggal cukup lama maka pulanglah sang putra mahkota ke Panjalu dengan dibekali air Zamzam, pakaian kesultanan, serta perlengkapan pedang dan cis. Di Panjalu, tugas utamanya adalah menjadi raja Islam dan sekaligus mengislamkan rakyatnya. Beliau kemudian menjadi Raja Panjalu menggantikan ayahnya dengan Gelar Sang Hyang Borosngora. Mulai saat itulah kerajan Panjalu berubah dari kerajaan Hindu menjadi kerajaan Islam. Konon, air zamzam dari Mekah ditumpahkan ke lembah bernama Lembah Pasir Jambu. Kemudian Lembah itu bertambah banyak airnya dan terjadilah danau yang kini disebut Situ Lengkong.
- See more at: http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=21&lang=id#sthash.1HLeZri6.dpuf
Situ Lengkong Panjalu adalah sebuah danau seluas 57,95 hektar dengan pulau di tengahnya seluas 9,25 hektar, bernama Nusa Gede. Di Pulau Nusa Gede terdapat hutan lindung beserta peninggalan purbakala. Konon, Nusa Gede awalnya adalah pusat pemerintahan Kerajaan Panjalu, selain juga berfungsi sebagai benteng pertahanan. Di sini juga terdapat makam penyebar agama Islam yang bernama Mbah Panjalu. Didalam hutan terdapat 307 pohon yang terdiri dari 30 jenis.
Menurut cerita sejarah Panjalu, Situ Lengkong merupakan hasil buatan para leluhur Panjalu, yang hidup di jaman Kerajaan Hindu Panjalu. Konon pada awal abad ke-7, seorang raja Panjalu menginginkan putra mahkotanya memiliki ilmu yang paling ampuh dan paling sempurna. Maka berangkatlah sang putra mahkota yang bernama Borosngora menuju ke suatu tempat dan berakhir di tanah suci Mekah. Di sanalah tujuannya tercapai, yaitu mempelajari dan memperdalam Agama Islam dan membaca dua kalimah Syahadat.
Setelah tinggal cukup lama maka pulanglah sang putra mahkota ke Panjalu dengan dibekali air Zamzam, pakaian kesultanan, serta perlengkapan pedang dan cis. Di Panjalu, tugas utamanya adalah menjadi raja Islam dan sekaligus mengislamkan rakyatnya. Beliau kemudian menjadi Raja Panjalu menggantikan ayahnya dengan Gelar Sang Hyang Borosngora. Mulai saat itulah kerajan Panjalu berubah dari kerajaan Hindu menjadi kerajaan Islam. Konon, air zamzam dari Mekah ditumpahkan ke lembah bernama Lembah Pasir Jambu. Kemudian Lembah itu bertambah banyak airnya dan terjadilah danau yang kini disebut Situ Lengkong.
- See more at: http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=21&lang=id#sthash.1HLeZri6.dpuf
Situ Lengkong Panjalu adalah sebuah danau seluas 57,95 hektar dengan pulau di tengahnya seluas 9,25 hektar, bernama Nusa Gede. Di Pulau Nusa Gede terdapat hutan lindung beserta peninggalan purbakala. Konon, Nusa Gede awalnya adalah pusat pemerintahan Kerajaan Panjalu, selain juga berfungsi sebagai benteng pertahanan. Di sini juga terdapat makam penyebar agama Islam yang bernama Mbah Panjalu. Didalam hutan terdapat 307 pohon yang terdiri dari 30 jenis.
Menurut cerita sejarah Panjalu, Situ Lengkong merupakan hasil buatan para leluhur Panjalu, yang hidup di jaman Kerajaan Hindu Panjalu. Konon pada awal abad ke-7, seorang raja Panjalu menginginkan putra mahkotanya memiliki ilmu yang paling ampuh dan paling sempurna. Maka berangkatlah sang putra mahkota yang bernama Borosngora menuju ke suatu tempat dan berakhir di tanah suci Mekah. Di sanalah tujuannya tercapai, yaitu mempelajari dan memperdalam Agama Islam dan membaca dua kalimah Syahadat.
Setelah tinggal cukup lama maka pulanglah sang putra mahkota ke Panjalu dengan dibekali air Zamzam, pakaian kesultanan, serta perlengkapan pedang dan cis. Di Panjalu, tugas utamanya adalah menjadi raja Islam dan sekaligus mengislamkan rakyatnya. Beliau kemudian menjadi Raja Panjalu menggantikan ayahnya dengan Gelar Sang Hyang Borosngora. Mulai saat itulah kerajan Panjalu berubah dari kerajaan Hindu menjadi kerajaan Islam. Konon, air zamzam dari Mekah ditumpahkan ke lembah bernama Lembah Pasir Jambu. Kemudian Lembah itu bertambah banyak airnya dan terjadilah danau yang kini disebut Situ Lengkong.
- See more at: http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=21&lang=id#sthash.1HLeZri6.dpuf
Situ Lengkong Panjalu adalah sebuah danau seluas 57,95 hektar dengan pulau di tengahnya seluas 9,25 hektar, bernama Nusa Gede. Di Pulau Nusa Gede terdapat hutan lindung beserta peninggalan purbakala. Konon, Nusa Gede awalnya adalah pusat pemerintahan Kerajaan Panjalu, selain juga berfungsi sebagai benteng pertahanan. Di sini juga terdapat makam penyebar agama Islam yang bernama Mbah Panjalu. Didalam hutan terdapat 307 pohon yang terdiri dari 30 jenis.
Menurut cerita sejarah Panjalu, Situ Lengkong merupakan hasil buatan para leluhur Panjalu, yang hidup di jaman Kerajaan Hindu Panjalu. Konon pada awal abad ke-7, seorang raja Panjalu menginginkan putra mahkotanya memiliki ilmu yang paling ampuh dan paling sempurna. Maka berangkatlah sang putra mahkota yang bernama Borosngora menuju ke suatu tempat dan berakhir di tanah suci Mekah. Di sanalah tujuannya tercapai, yaitu mempelajari dan memperdalam Agama Islam dan membaca dua kalimah Syahadat.
Setelah tinggal cukup lama maka pulanglah sang putra mahkota ke Panjalu dengan dibekali air Zamzam, pakaian kesultanan, serta perlengkapan pedang dan cis. Di Panjalu, tugas utamanya adalah menjadi raja Islam dan sekaligus mengislamkan rakyatnya. Beliau kemudian menjadi Raja Panjalu menggantikan ayahnya dengan Gelar Sang Hyang Borosngora. Mulai saat itulah kerajan Panjalu berubah dari kerajaan Hindu menjadi kerajaan Islam. Konon, air zamzam dari Mekah ditumpahkan ke lembah bernama Lembah Pasir Jambu. Kemudian Lembah itu bertambah banyak airnya dan terjadilah danau yang kini disebut Situ Lengkong.
- See more at: http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=21&lang=id#sthash.1HLeZri6.dpuf
Situ Lengkong Panjalu adalah sebuah danau seluas 57,95 hektar dengan pulau di tengahnya seluas 9,25 hektar, bernama Nusa Gede. Di Pulau Nusa Gede terdapat hutan lindung beserta peninggalan purbakala. Konon, Nusa Gede awalnya adalah pusat pemerintahan Kerajaan Panjalu, selain juga berfungsi sebagai benteng pertahanan. Di sini juga terdapat makam penyebar agama Islam yang bernama Mbah Panjalu. Didalam hutan terdapat 307 pohon yang terdiri dari 30 jenis.
Menurut cerita sejarah Panjalu, Situ Lengkong merupakan hasil buatan para leluhur Panjalu, yang hidup di jaman Kerajaan Hindu Panjalu. Konon pada awal abad ke-7, seorang raja Panjalu menginginkan putra mahkotanya memiliki ilmu yang paling ampuh dan paling sempurna. Maka berangkatlah sang putra mahkota yang bernama Borosngora menuju ke suatu tempat dan berakhir di tanah suci Mekah. Di sanalah tujuannya tercapai, yaitu mempelajari dan memperdalam Agama Islam dan membaca dua kalimah Syahadat.
Setelah tinggal cukup lama maka pulanglah sang putra mahkota ke Panjalu dengan dibekali air Zamzam, pakaian kesultanan, serta perlengkapan pedang dan cis. Di Panjalu, tugas utamanya adalah menjadi raja Islam dan sekaligus mengislamkan rakyatnya. Beliau kemudian menjadi Raja Panjalu menggantikan ayahnya dengan Gelar Sang Hyang Borosngora. Mulai saat itulah kerajan Panjalu berubah dari kerajaan Hindu menjadi kerajaan Islam. Konon, air zamzam dari Mekah ditumpahkan ke lembah bernama Lembah Pasir Jambu. Kemudian Lembah itu bertambah banyak airnya dan terjadilah danau yang kini disebut Situ Lengkong.
- See more at: http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=21&lang=id#sthash.1HLeZri6.dpuf
ConversionConversion EmoticonEmoticon